BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pernahkah anda melihat pelangi dengan warnanya yang
begitu indah, pernahkah anda melihat lampu lalu lintas yang berada di tepi
jalan? Ataukah jutaan warna yang sampai-sampai warna tersebut tidak terdefinisi
jenis atau nama warnanya. Berbicara tentang hal tersebut tentunya kita patut
bersyukur kepada Tuhan atas karuniannya yang sangat luar biasa dengan kemampuan
kita yang mampu menikmati jutaan warna tersebut, mampu menikmati indahhnya
pelangi, birunya langit hijaunya daun dan sebagainya.
Pernahkah anda berfikir bahwa tidak semua orang
mampu membedakan warna. Atau kita katakana ada orang yang kemampuan matanya
hanya dapat membedakan warna tertentu saja, misalnya orang yang tentunya sudah
kita tahu bersama Mark Zuckerberg pendiri media social terbesar di dunia yaitu
facebook. Dia hanya mampu membedakan warna biru, itulah alasan facebook
memiliki tema warna biru. Buta warna tentunya merupakan kekurangan yang dalam
ilmu genetika bersifat diturunkan.
Buta warna tentunya memberikan batasan kepada setiap
orang untuk bebas melakukan sesuatu namun tentunya kita harus bersyukur
terhadap karunia tuhan kepada kita. Orang yang buta warna akan memiliki beberapa
hambatan di era modern ini. Misalnya untuk berkendara di jalan, tentunya
sesorang harus tahu warna dari tiap rambu-rambu lalu lintas misalnya jika kita
di Indonesia warna merah artinya dilarang jalan dan hijau artinya jalan. Atau
untuk mendaftar di universitas pada jurusan tertentu biasanya akan melalui tes
buta warna misalnya pada jurusan kedokteran. Atau yang ingin menjadi polisi
atau tentara tentunya harus memiliki mata yang normal.
Seperti yang
kita jelaskan sebelumnya, buta warna biasanya bersifat diturunkan dari
orang tua kepada keturunannya, sejauh ini belum ada cara untuk mengatasi buta
warna tersebut. Buta warna disebabkan oleh tidak
mampunya otak untuk menerjemahkan cahaya yang ditangkap oleh mata disebabkan
karena adanya sel-sel kerucut pada mata yang tidak ada, sehingga warna yang
hasil warna yang diterjemahkan tidak sesuai dengan semestinya. Untuk itu penting bag kita untuk mempelajari masalah
buta warna sebagai tambahan wawasan dan untuk menjadi orang yang lebih
banyak bersyukur.
B.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui apakah probandus yang di uji mengalami buta warna atau tidak.
C.
Manfaat
Praktikum
Manfaat
dari praktikum ini agar praktikan
mengetahui ini adalah mengetahui banyak hal tentang buta warna, mengetahui status
kenormalan mata probandus serta untuk banyak bersyukur kepada Tuhan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna
adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu
yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita
buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan
obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki,
sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif (Agusta, 2012).
Buta warna
adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk menggambarkan adanya kelainan
presepsi penglihatan warna. Kelaian ini di akibatkan oleh tidak adanya
sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Orang yang mengalami buta
warna tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berbeda. Buta warna ini
dapat di temukan dengan uji ishihara. Pada uji ishihara di pergunakan
serangkaian gambar berwarna. Gambar-gambar berwarna itu di rancang sedemikian
rupa sehingga secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap
kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2016).
Salah satu gangguan yang terjadi pada
mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan
mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan
sejak lahir atau akibat penggunaan obatobatan yang berlebihan. Tes Ishihara
adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu
Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak
saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta
warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna
tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (Agusta,
2012).
Buta warna merupakan salah satu masalah
pada mata seseorang yang tidak dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal
ini penentuan tingkat buta warna akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna
yaitu monochromacy, dichromacy dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy
adalah keadaan mata manusia hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak
berfungsinya semua sel pigmen, dichromacy keadaan mata manusia yang
disebabkan karena salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak
berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang merupakan
keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan. Namun hal ini
sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy mempunyai semua sel cone
yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap salah satu warna dari tiga
sel reseptor (Taufik, 2013).
Sekitar 5 % populasi manusia
menderita buta warna. Buta warna merupakan gangguan herediter yang lazim di
derita pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta satu warna
tertentu (buta warna parsial) sampai buta warna total. Terjadinya buta warna
ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada tetapi sedikit sel kerucut warna
merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak
hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka benda hiaju akan nampak merah.
Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau dan biru) tidak ada, maka
semua benda akan nampak hitam dan seseorang akan menderita buta warna total
(Basoeki, 2003).
Salah satu metode yang menjadi standar
dokter spesialis mata untuk melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara.
Metode Ishihara menggunakan buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic
(plate) yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik-titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran yang di
dalamnya terdapat titik-titik dengan pola membentuk angka maupun garis
berkelok. Plate pada buku akan mengalami perubahan warna menjadi pudar atau
kusam seiring lamanya penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah
keaslian plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil tes (Viyata, 2014).
Tes
Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan leh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus
digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. es buta warna Ishihara terdiri
dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan
ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga embentuk lingkaran. Warna
titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat
perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal. Tes berikutnya adalah tes
Farnsworth Munsell. Tes ini berfungsi sebagai tes lanjutan dari tes Ishihara yang
hanya dapat menentukan kelainan partial atau tidaknya. sedangkan tes Farnsworth
Munsell, bisa melakukan skrining kelemahan warna tertentu, seperti kelemahan
terhadap warna merah (protan), kelemahan terhadap warna hijau (deutan), dan
kelemahan terhadap warna biru (tritan) (Agusta,
2012).
Kedua
tes Ishihara dan Farnsworth Munsell ini mempunyai kelemahan yaitu berupa media
tes. Media yang digunakan adalah lembaran kertas bagi Ishihara dan koin-koin
warna dari kertas bagi tes Farnsworth Munsell. Media tes ini sendiri hanya
dapat dilakukan pada ruangan bercahaya putih dengan intensitas penerangan yang
cukup, sehingga melakukan tes buta warna ini tidak bisa di sembarang
tempat/ruangan dengan bercahaya redup dan menggunakan cahaya kemerahan atau
lampu pijar. Hal ini merupakan salah satu dari kelemahan tes konvensional,
karena jika penerangan ruangan tidak sesuai dengan ketentuan standar, maka
warna pada media tes pun akan berubah. Media lembaran kertas bagi tes Ishihara
pun mempunyai kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bisa saja
salah satu dari lembaran tes terselip ataupun hilang. Sedangkan media koin-koin
warna pada tes Farnsworth Munsell sendiri, memiliki kelemahan berupa pemudaran
warna, mudah robek, dan bentuk koin yang sangat kecil, sehingga bisa hilang
atau tercecer (Agusta, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis//26 Mei 2016
Pukul : Pukul 16.00 s.d 17.50 WITA
Tempat : Laboratorium
Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM
B. Alat
dan Bahan
a.
Alat
1. Pulpen
b.
Bahan
1.
Probandus
2.
Buku
petunjuk buta warna (Buku ishihara)
C. Prosedur
Kerja
a.
Dua anggota kelompok menjadi
naracoba dan pembanding.
b. Alat yang di gunakan adalah Ishihara
test for colour blindness yang terdiri atas 14 gambar warna.
c.
Meletakkan alat uji pada jarak 75 cm
dari naracoba ke pembanding dengan penyinaran matahari yang cukup secara tidak
langsung. Alat harus di angkat dengan sudut tegak, lururs dengan garis
penglihatan.
d.
Kemudian berturut-turut penguji
menunjukkan gambar 1 sampai nomor 1. Setiap kali mwlihat satu gambar diberikan
waktu selama 5 detik, kemudian menyebutkan gambar yang dilihatnya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Data Pribadi
No
|
Terlihat Probandus
|
Terlihat Pembanding
|
Keterangan
|
1
|
12
|
12
|
|
2
|
8
|
8
|
|
3
|
5
|
5
|
|
4
|
29
|
29
|
|
5
|
74
|
74
|
|
6
|
7
|
7
|
|
7
|
45
|
45
|
|
8
|
2
|
2
|
|
9
|
2
|
2
|
|
10
|
16
|
16
|
|
11
|
|||
12
|
35
|
35
|
|
13
|
96
|
96
|
|
14
|
Data Kelas
No
|
Nama
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Fitriani
|
−
|
√
|
2
|
Sinta
|
−
|
√
|
3
|
Widya
|
−
|
√
|
4
|
Mauliani
|
−
|
√
|
5
|
Vera
|
−
|
√
|
6
|
Ainun
|
−
|
√
|
7
|
Qadri
|
−
|
√
|
8
|
Wahyu
|
−
|
√
|
9
|
Rusnita
|
−
|
√
|
10
|
Jihadi
|
−
|
√
|
11
|
Fitriandani
|
−
|
√
|
12
|
Nurhuda
|
−
|
√
|
13
|
Rabiatul
|
−
|
√
|
14
|
Hasriana
|
−
|
√
|
15
|
Elsa
|
−
|
√
|
16
|
Yuliana
|
−
|
√
|
17
|
Marina
|
−
|
√
|
18
|
Azizah
|
−
|
√
|
19
|
Dhia
|
−
|
√
|
20
|
Nurfajrianti
|
−
|
√
|
21
|
Anita
|
−
|
√
|
22
|
Demmanyai
|
−
|
√
|
23
|
Alvia
|
−
|
√
|
24
|
Athifatul
|
−
|
√
|
25
|
Agung
|
−
|
√
|
26
|
Rhoiha
|
−
|
√
|
27
|
Fajri
|
−
|
√
|
28
|
Gunadi
|
−
|
√
|
29
|
Ogy
|
−
|
√
|
30
|
Ningsih
|
−
|
√
|
31
|
Resky
|
−
|
√
|
32
|
Ayu
|
−
|
√
|
33
|
Varadillah
|
−
|
√
|
34
|
Aprilyani
|
−
|
√
|
35
|
Windy
|
−
|
√
|
36
|
Fadilah
|
−
|
√
|
37
|
Ilmi
|
−
|
√
|
38
|
Sinta
|
−
|
√
|
39
|
Sri
|
−
|
√
|
40
|
Husnil
|
−
|
√
|
41
|
Iksan
|
−
|
√
|
42
|
Anggelina
|
−
|
√
|
43
|
Intan
|
−
|
√
|
44
|
Khairul
|
−
|
√
|
45
|
Herni
|
−
|
√
|
46
|
Fajryani
|
−
|
√
|
47
|
Auliyah Mis
|
−
|
√
|
48
|
Khalifah
|
−
|
√
|
49
|
Indra
|
−
|
√
|
50
|
Aisyah
|
−
|
√
|
51
|
Supriadi
|
−
|
√
|
52
|
Ulfa
|
−
|
√
|
53
|
Fadil
|
−
|
√
|
B. Pembahasan
Berdasarkan kegiatan praktikum Anatomi
dan Fisiologi Manusia yang telah dilaksanakan mengenai Tes Buta Warna, maka diperoleh hasil yang baik, yang dimaksudkan baik
adalah semua probandus uang telah diuji memiliki mata yang normal. Hal ini
terlihat setelah probandus di tes menggunakan tes buta warna dengan metode
ishihara dimana probandus dapat menyebutkan semua pola warna yang terdapat pada
buku ishihara tersebut.
Perlu kita ketahui bahwa buta
warna ini disebabkan oleh jumlah banyak tidaknya sel kerucut dalam mata. Buta
warna bervariasi, mulai dari yang parsial (sebagian) hingga buta warna total.
Buta warna parsial artinya penderita tidak dapat membedakan antara warna merah
dengan hijau, antara warna hijau dengan biru.
hijau dan biru sangat sedikit. Buta warna total artinya penderita tidak
memiliki sel kerucut merah, hijau dan biru sehingga warna yang bisa di lihat
hanya warna hitam dan putih.
Lebih jelasnya, buta warna
merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta
warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai
buta warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau
ada tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut
merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada,
maka benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah,
hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang
akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan
bahwa semua probandus yang telah di uji dengan metode ishihara memiliki mata
yang nomal atau dengan kata lain tidak buta warna. Serta diketahui bahwa buta
warna disebabkan pada jumlah sel kerucut pada mata
B.
Saran
Sebaiknya
dalam pengerjaan laporan tidak perlu menggambar kembali
gambar yang telah jelas dan disediakan dalam penuntun.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusta, sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis.
Jurusan Fisika FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol 3 No 1.
Basoeki, soedjono. 2003. JICA:
Malang.
Taufik. 2013. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His
dengan banyak Warna pada Citra Ishihara. STKIP Bina Bangsa Meulaboh:
Meulaboh. Jurnal Vol 4 No 1.
Viyata, randy. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode
Ishihara pada Smartphone Android. Program Studi Teknik Informatika FT
Universitas Bengkulu: Bengkulu. Jurnal Pseudocode Vol 1 No 1.
Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan
Biologi FMIPA UNM: Makassar.
Good , sangat bagus artikelnya
ReplyDeleteMy blog