Laporan Anfisman Uji Zat Makanan-Halo sobat biologi, kali ini saya mau ngasih contoh laporan buat kalian, semoga bermanfaat yah.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
merupakan hal yang sangat menakjubkan yang terus dikaji oleh para ilmuan, baik
itu asal usulnya, proses apa saja yang terkait di dalamnya dan banyak hal lain
yang sampai sekarang ini belum dapat dipecahkan. Berbicara tentang kehidupan,
tentulah kita ketahui bahwa ada yang bertahan dan ada yang tidak mampu
bertahan. Pada makhluk hidup, tentunya setiap makhluk hidup melakukan sesuatu
hal untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup, tentunya makhluk hidup harus
makan sebagai sumber energy untuk beraktivits, yang nantinya energy tersebut
dapat digunakan untuk mencari makanan ataupun untuk memastikan keberlangsungan
spesiesnya.
Berbicara
tentang makanan, tentunya sebagai orang biologi, tentunya kita akan
membayangkan proses pengolahan makanan di dalam tubuh kita. Coba kita
bayangkan, betapa banyak jenis makanan yang masuk ke dalam tubuuh manusia,
namun semuanya dapat diproses dengan baik. Tentunya hal ini merupakan karunia
tuhan yang amat besar yang telah Tuhan ciptakan. Berbeda dengan ciptaan manusia
seperti misalnya motor yang hanaya bisa mengkomsumsi satu jenis bahan bakar
saja yang jikalau dipaksakan akan membawa hal yang fatal bagi kendaraan
tersebut.
Tentang
pengolahan makanan atau lebih serin kita bahasakan dengan system pencernaan,
tentunyan kita ketahui bahwa terjadi banyak proses pencernaan di dalam tubuh
manusia. Secara umum, dapat dibagi menjadi dua yaitu pencernaan secara kimiawi
dan pencernaan secara mekanik. Pencernaan secara mekanik sudah sangat kita
ketahui bahwa terjadi di mulut pada saat kita menggnyah makanan. Sedang
pencernaan secara kimiawi adalah mencernaan yan melibatkan beberapa enzim.
Praktikum kali
ini, akan dilakukan uji kimiawi menggunakan enzim. Enzim biasa kita sebut
biokatalisator atau sebagai suatu factor x yang akan mempercepat reaksi suatu
proses. Pada praktikum kali ini, kita akan menggunakan air
liur sebagai sumber dari enzim amilase. Praktikum dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih jelas terhadap aktivitas enzim amilase pada sistem
pencernaan.
B.
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui aktifitas kerja ludah pada sistem
pencernaan makanan.
C.
Manfaat
Praktikum
Manfaat diadakannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui aktifitas kerja ludah pada sistem pencernaan makanan. Selain itu, ilmu yang diperoleh dari
praktikum ini bisa menjadi bekal yang sangat berguna sebagai bekal bila nanti
menjadi seorang pendidik dan pengajar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Setiap
manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat
diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh
karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut.
Proses ini disebut proses pencernaan. Makanan yang kita konsumsi harus dicerna
secara mekanik dan secara kimiawi. Mekanik dengan menggunakan denta (gigi) dan
gerakan peristaltic. Kimiawi dengan bantuan enzim. Salah satu enzim yang
berperan dalam memecah makanan yang kita konsumsi yaitu enzim amylase yang
dihasilkan air liur dalam rongga mulut (Taiyeb, 2016).
Organ-organ
yang berhubungan dengan saluran pencernaan meliputi kelenjar Liur, pancreas,
hati dan kandung empedu. Fungsi utama kelenjar liur adalah membasahi dan
melumasi mukosa mulut dan makanan yang masuk memulai pencernaan karbohidrat dan
lipid berturut-turut serta mensekresikan substansi germisid protektif seperti
imunoglobin, lisozim dan laktoferin. Saliva juga berfungsi untuk membentuk
lapisan protektif pada gigi melalui protein liur (Campbell, 2004).
Saliva
adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu
sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri
dari protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba,
glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam
kesehatan rongga mulut. Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan
komponen yang diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga
pasang kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta
sejumlah kelenjar saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva (Rijal, 2012).
Saliva
merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui
suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,
mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga
kelenjar liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan
untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut (Murti, 2011).
Fungsi
saliva antara lain, saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui
kerja amilase saliva yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida
menjadi disakarida; saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel-partikel makanan sehingga saling menyatu serta dengan menghasilkan
mukus yang kental dan licin sebagai pelumas;; berfungsi sebagai pelarut untuk
molekul-molekul yang merangsang papil pengecap; membantu mastikasi dan
berbicara karena adanya lubrikasi oral. Saliva berperan penting dalam membantu
menjaga kesehatan mukosa mulut dengan adanya growth factor untuk membantu dalam
proses penyembuhan luka. Penyangga bikarbonat di saliva menetralkan asam di
makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu
mencegah karies gigi (Hidayat, 2014).
Menurut
Tambayong (2007), Kelenjar saliva adalah campuran sekret dari semua kelenjar
liur . Adapun fungsi dari kelenjar saliva adalah: (1) Membasahi makanan agar
mudah ditelan, (2) Meningkatkan cita rasa karena bahan kimia yang berhubungan
dengan rasa harus berada dalam larutan agar dapat merangsang kuncup kecap, dan
(3) Mengandung amylase dan maltase.
Menurut
Azis (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim:
a.
Substrat
– Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim
maka kinerja enzim juga akan optimal.
b.
pH
(keasaman) – Enzim mempunyai kesukaan pada pH tertentu. Ada enzim yang optimal
kerjanya pada kondisi asam, namun ada juga yang optimal pada kondisi basa.
Namun kebanyakan enzim bekerja optimal pada pH netral.
c.
Waktu
– Waktu kontak/reaksi antara enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja
enzim. Semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin optimum.
d.
Konsentrasi
/ jumlah enzim – Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan efektivitas kerja
enzim. Semakin tinggi konsentrasi maka kerja enzim akan semakin baik dan cepat.
e.
Suhu
– Seperti juga pH. Semua enzim mempunyai kisaran suhu optimum untuk kerjanya.
f.
Produk
Akhir – Reaksi enzimatis selalu melibatkan 2 hal, yaitu substrat dan produk
akhir. Dalam beberapa hal produk akhir ternyata dapat menurunkan produktivitas
kerja enzim.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan tempat
Hari/tanggal : Selasa / 31Mei 2016
Waktu
: Pukul 09.00 s.d 12.00 WITA
Tempat
: Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai
III Bagian Barat.
B. Alat
dan Bahan
1. Alat :
a. Tabung reaksi 6 buah.
b. Pipet tetes.
c. Gelas beaker.
d. Bunsen.
e. Kaki tiga.
f. Kasa.
g. Plat tetes.
h. Gelas ukur.
i. Spoit.
2.
Bahan :
a.
Ludah.
b.
Kertas lakmus.
c.
Larutan asam cuka.
d.
HCl 1 N
e.
NaOH 1 N
f.
Larutan kanji 1%
g.
Larutan iodium
h.
Larutan fehling A dan B
i.
Aquades
C. Langkah
Kerja
Kegiatan 1
a. Mengambil
5 mL ludah dan memasukkan ke dalam tabung reaksi dan mengukur pH ludah.
b. Menambahkan
2 tetes asam asetat dan mengukur pH larutan ludah dan asam asetat. Mengamati
presipitasi yang terjadi.
Kegiatan 2
a.
Mengambil
2 mL ludah dan memasukkan dalam tabung reaksi.
b.
Menambahkan
1 mL HCl. Memanasi selama 10 menit. Mengamati warna pada tabung yang terbentuk.
c. Menetralkan
dengan 1 mL NaOH dan kemudian menguji reaksi reduksi gula dengan menambahkan ke
dalam tabung reaksi tersebut 10 mL larutan fehling A dan fehling B dan dipanasi
selama 10 menit.
d.
Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
Kegiatan 3
a.
Menganmbil
5 ml larutan kanji 1% dan memasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan
2 ml ludah dan mengaduk sampai tercampur rata dengan larutan kanji. Menunggu
sampai 3 menit.
c.
Mengambil
campuran tersebut dan meletakkan pada plat tetes yang sebelumnya telah ditetesi
1 tetes yodium. Mengamati perubahan warna pada plat tetes.
d.
Mengambil
5 ml campuran ludah dan larutan kanji dan memasukkan ke dalam tabung reaksi, menambahkan
10 ml larutan fehling A dan B dan memanasi selama 3 menit. Mengamati perubahan
warna yang terjadi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Kegiatan 1
Sampel
|
Tingkat
Keasaman (pH)
|
Viskositas
|
Ludah
|
9
|
Kental
|
5
ml ludah + 2 tetes asam asetat
|
8
|
Lebih kental
|
Kegiatan 2
Sampel
|
Warna
Larutan
|
2
ml ludah + 1 mL HCl
|
Bening
|
2
mL ludah + 1 mL HCl + 1 mL NaOH setelah dipanasi
|
Agak kuning
|
2
mL ludah + 1 mL HCl + 1 mL NaOH + 10 mL fehling A dan B
|
Biru dan putih terpisah, biru
berada diatas da putih berada dibawah
|
2
mL ludah + 1 mL HCl + 1 mL NaOH + 10 mL fehling A dan B setelah dipanasi
|
Biru Muda
|
Kegiatan 3
1.
Uji
dengan larutan yodium
Larutan
|
Menit
ke-
|
Warna
|
5
mL kanji + 2 mL ludah + yodium
|
3
|
Ungu kehitaman
|
5
mL kanji + 2 mL ludah + yodium
|
6
|
Unga tua
|
5
mL kanji + 2 mL ludah + yodium
|
9
|
Ungu
|
2.
Penambahan
Fehling A dan B (uji glukosa)
Sampel
|
Warna
Larutan
|
5
mL kanji 1% + 2 mL ludah + 10 mL fehling A dan B
|
Biru tua
|
5
mL kanji 1% + 2 mL ludah + 10 mL fehling A dan B setelah dipanasi
|
Biru
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum kali ini yang berjudul Uji Zat Makanan
diperoleh data sebagai berikut:
1. Kegiatan
I
Berdasarkan
hasil pengamatan, maka diketahui bahwa pH awal dari saliva adalah pH 9 atau
termasuk basa dengan viskositas yang kental hal ini menandakanan bahwa saliva
dapat bekerja dengan maksimal pada pH basa. Hasil pengamatan ini tidak sesuai
dengan teori karena harusnya saliva bekera maksimal pada pH netral. Setelah
ditambahkan 2 ml asam asetat, pH larutan turun menjadi pH 8 hal ini masih dalam
keadaan netral namun viskositasnya berubah menjadi lebih kental. hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya saliva mejadi
lebih encer karena sifat asam asetat bukan menjadi lebih kental. Hal ini
mungkin terjadi disebabkan kurangnya ketelitian dalam pengamatan.
2. Kegiatan
II
Dari hasil
pengamatan diketahui bahwa pada saat ludah ditambahkan dengan HCl tidak terjadi
perubahan warna namun bagian permukaan agak keruh, setelah ditambahkan dengan
NaOH warna larutan berubah menjadi biru muda dan setelah dipanaskan larutan
tersebut menjadi bening agak kekuningan. Setelah ditambah dengan fehling A dan
B tampak berwarna biru tua dan keruh. Setelah
dipanaskan terjadi pemisahan warna yaitu biru dibagian atas dan bening
dibagian bawah. Hal ini menunjukkan bahwa enzim yang ada dalam ludah tidak
dapat bekerja maksimal karena kondisi pH yang berubah-ubah.
3. Kegiatan III
a. Uji
dengan larutan iodium
Kegiatan kali ini
dilakukan dengan menambahkan kanji yang akan dicerna oleh saliva. Dari hasil
pengamatan, pada menit ke-3, larutan berwarna ungu kehitaman karena penambahan
iodium. Pada menit ke-6, larutan berubah warna menjadi hitam ungu tua.
Sedangkan pada menit ke-9, ungu muda. Hal ini menunjukkan bahwa saliba
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencerna pati. Hal ini terbukti pada
perubahan warna yang terjadi dari ungu kehitaman menjadi ungu muda.
b. Penambahan
Fehling A dan B (uji glukosa)
Berdasarkan hasil pengamatan diman penambahan fehlin A dan B menyebabkan pelarutan warna biru, setelah dipanskan warnalarutan berubah menjadi biru tua dan biru. Hal ini tidak sesuai dengan teori, harusnya warna larutan berubah menjadi merah bata yang mnandakan telah terjadi pencernaan pati.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saliva
atau merupakan cairan yang sangat penting dalam proses pencernaan. Dalam
kerjanya, banyak hal yang mempengaruhinya, seperti pH, suhu, dan waktu kerja.
B.
Saran
Sebaiknya
pada saat praktikum berlangsung, asisten juga menggunakan baju laboratorium
karena asisten adalah panutan praktikan, juga memberikan penjelasan tentang
kegiatan yang dipraktikumkan. Praktikan perlu memperhatikan penyampaian yang
diberikan oleh asisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Azis, Pradhana. 2011. Enzim dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Laju Kerja Enzim. http://www.scribd.com/doc/28696340/Enzim-dan-Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-Laju-Kerja-Enzim.
Diakses pada Rabu 8 Juni 2016.
Campbell, Neil. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid III. Jakarta
: Erlangga.
Hidayat,
shandy. 2014. Perbedaan Ph Saliva
Menggosok Gigi Sebelum Dan Sesudah Mengkonsumsi Makanan Manis Dan Lengket
Pengukuran Menggunakan Ph Meter Pada Anak Usia 10-12 Tahun Di Sdn Melayu 2
Banjarmasin. Jurnal kedokteran Gigi Vol 11 No 1.
Murti, dian.
2011. Enzim Amilase. Yogyakarta:
Universitas Padjajaran.
Rijal,
muammar. 2012. Aktivitas Enzim Amilase
pada Saliva. Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada: Yogyakarta.
Tambayong. 2007. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: EGC
Terimkasih telah berkunjung ke blog saya-Laporan Praktikum Anfisman Uji Zat Makanan
ijin share yah kak
ReplyDeleteharga scania